Siska's rants.. and some other things

A lot of new things happen in my life and surround me..so I decide to write everything comes up in my mind, to remind me again of all the silly and interesting bits and pieces...

Monday, March 19, 2007

Jalan-jalan ke Siak

Alkisah, ada seseorang yang terjebak di this place-so-called-hell pada sebuah long weekend. Being here for less than 50 days, her spirit to wander around is still high.
To cut the story short, akhirnya pergilah saya ke suatu tempat bernama Siak, yang ditempuh 2-jam perjalanan dengan kapal motor, satu-satunya tempat yang bisa di kunjungi kurang dari sehari (sehingga tidak usah menginap).
Jadi pagi-pagi buta (ga terlalu buta ding, soalnya jam 8 baru jalan keluar nunggu taksi dipinggir jalan), saya dan seorang teman pergi ke pelabuhan Pelita untuk mencari boat yang biasa pergi ke Siak.
Ternyata pelabuhannya hanyalah ruang tunggu yang terbuat dari kayu dan menjorok ke sungai.. disana kami membeli tiket boat ke Siak dan harus menunggu sekitar 30-min sebelum boatnya siap berangkat (tentunya masih di lengkapi dengan beberapa menit keterlambatan).
Datanglah sebuah boat kayu bermotor, dan kami semua masuk kedalamnya, pada saat perjalanan pergi, cuma sedikit orang yang menaikinya. Kursi kayunya seadanya yang dilapisi dengan bantalan busa.dan setiap kali boatnya menghantam air, maka bunyi kriut-kriut kayupun terdengar. angin lumayan kencang, untungnya awak boatnya menutup atap boat dengan plastik terpal, sehingga lumayan menolong untuk menahan angin.
Sekitar 2-jam perjalanan, menyusuri sungai Siak, ditepi-tepinya tampak pohon-pohon yang rimbun, di beberapa tempat beberapa tangga kayu tampak keluar dari daratan ke dalam sungai, dan terkadang tampak seseorang sedang melakukan kegiatan, yang berkisar antara mandi, mencuci baju ataupun sekedar berkumpul dan mengobrol.
Sepanjang perjalanan juga tampak perhentian-perhentian kapal yang ditadndai dengan banyaknya truk atau kendaraan berjejer, mungkin untuk akses ke pabrik-pabrik kayu yang juga banyak terdapat di pinggir sungai.
Akhirnya sampailah kita ke pelabuhan Siak, setelah terkantuk-kantuk terkena angin selama perjalanan.


Setelah sampai, kami naik becak.. yang bentuknya agak tidak biasa bagi saya. Tempat duduk penumpang yang lebih kecil dan pengemudinya yang di samping, instead of di belakang seperti pada umumnya becak-becak di Jawa. Sekilas terlintas dipikiran saya, kalau becak seperti ini akan membuat pengemudinya harus bekerja ekstra, karena kayuhan dari samping akan lebih berat.


Cuma dibutuhkan waktu 5-menit untuk perjalanan dari pelabuhan ke Istana. Istana Siak adalah tujuan perjalanan kami kali ini. Istana ini merupakan peninggalan kerajaan Siak, yang merupakan kerajaan yang cukup modern (Raja terakhirnya memerintah sekitar jaman perang kemerdekaan Indonesia, sebelum akhirnya mereka menyatakan masuk ke NKRI dan turut andil dalam kemerdekaan Indonesia).
Bangunan istananya tampak modern dengan banyak pengaruh dari Eropa, tamannya luas dan dihiasi bunga-bunga.
Untuk biaya masuk, tidak ada biaya tiket resmi, tapi pengunjung diharapkan mengisi kotak sumbangan sukarela dan alas kaki harus dilepas.


Isi dalam istana adalah benda-benda koleksi anggota kerajaan, hadiah-hadiah dari rekan mereka dan foto-foto. Salah satu yang agak luar biasa adalah adanya koleksi alat musik yang konon didunia cuma dibuat 2 buah, dan alat ini digunakan juga oleh para pemusik kelas dunia seperti Mozart. Alat ini bermerek komet, bagi saya yang buta apresiasinya terhadap seni,penampilan alat musik ini malah menyerupai jam duduk yang besar, yang didalamnya berisi lempengan besi bundar tipis yang mempunyai senar didalamnya.


Hal lain lagi yang menarik perhatian saya adalah tangga untuk naik ke lantai atas di dalam istana, yang berukir-ukir, berwarna merah dan emas yang rumit, dengan pengaruh cina.
Seusai puas memutari istana (yang emang tidak begitu besar), kami keluar dan memutuskan berjalan ke pasar, yang menurut dugaan kami tidaklah jauh. Dan ternyata benar juga, belum sampai 10-min kami berjalan, sampailah ke sebuah pasar yang tidak terlalu besar, tapi cukup rapi dan bersih, dengan banyak kedai kopi khas cina perantauan dipinggir-pinggir jalan, bersandingan dengan warung-warung kecil yang menjual masakan minang. Kedai kopi nya biasa menjual mie-nasi-bihun-goreng atau rebus, yang kemudian kami coba, dan rasanya tidak mengecewakan. Kalai masakan minangnya, tampak bahwa mereka menyajikan udang galah sungai yang besarnya bisa se lengan saya, cuma tidak sempat kami cicipi. Kami meneruskan perjalanan dan memutuskan untuk balik ke pelabuhan dan menunggu boat tercepat, karena kotanya sudah habis dijelajahi. Dan di tengah perjalanan, sempat melewati makam sultan terakhir kerajaan Siak. Dan pulanglah kami dengan boat yang serupa, hanya saja dalam perjalanan ini, boatnya sangat fully occupied, sehingga membuat yang sudah tidak terlalu nyaman, bertambah lagi ketidaknyamanannya.


Labels:

1 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home